Daftar Bacaan

Friday, June 15, 2012

BUDHDHISME ZEN



1. Sejarah Budhisme zen
Zen adalah salah satu aliran Buddha Mahayana. Kata Zen berasal dari bahasa Jepang. Sedangkan bahasa Sanskerta dari kata tersebut adalah dhyana. Di Tiongkok dikenal sebagai chan yang berarti meditasi. Aliran Zen memberikan fokus pada meditasi untuk mencapai penerangan atau kesempurnaan.
Zen diturunkan dari akar kata Cina "Ch'an", artinya "Meditasi". Kata Ch'an sendiri adalah kependekan dari kata "Ch'an-Na", yang berasal dari kata Sansekerta "Dhyana" atau kata Pali "Jhana". Beberapa orang juga menganggap Zen sebagai agama dan filsafat. Dari sudut pandang sejarah, kemunculan zen berakar dari ajaran Buddhisme Mahayana. Ajaran zen pertama kali dibawa ke Cina pada awal abad ke-6, oleh seorang pendeta India yang bernama Bodhidharma (470-543). Bodhidharma adalah seorang pendeta yang mengajarkan Buddhisme lewat metode Meditasi. Sehingga, Bodhidharma dianggap sebagai perintis ajaran Zen. Banyak sekali cerita yang muncul mengenai Bodhidharma, salah satunya adalah ketika Bodhidharma mencabut kelopak matanya lalu membuangnya karena merasa kelopak mata itu selalu membuatnya tertidur ketika Meditasi. Kelopak mata tersebut, kemudian berubah menjadi pohon teh. Dengan banyaknya cerita mengenai kehebatan pendeta ini, maka banyak orang yang ingin berguru padanya. Hanya saja Bodhidharma hanya mau menerima murid yang bersungguh-sungguh ingin mendalami ajaran dan mengikuti jejak sang Budha.
Zen berkembang di Cina pada periode dinasti T'Sang sampai pada era Sung dan Yuan (618-1279). Pada awal abad ke-8, Zen Master ke-6, Hui Neng (638-713), meresmikan serta memantapkan ajaran Zen. Karya Hui Neng diteruskan oleh kedua muridnya, yakni Huai Jang (?-740) dan Hsing Ssu (?-788) dan Shi Tou (700-790), yang kemudian menghasilkan murid-murid hebat yang mendirikan kelima aliran utama Zen, yaitu Lin Chi, Tsao Tung, I Yang, Yun Men, dan Fa Yen. Di kemudian, hari kelima aliran ini dilebur menjadi dua aliran, yakni Tsao Tung (Soto) dan Lin Chi (Rinzai). Karena itu sampai sekarang yang kita kenal hanyalah dua aliran Zen, yaitu Soto dan Rinzai.
Bodhidharma datang ke Tiongkok pada masa dinasti Liang (502-557M), beliau mula-mula sampai di Nanking. Sebenarnya apa yang diajarkan oleh Bodhidharma tidak menitikberatkan teori-teorii.
Bodhidharma menurunkan ajarannya Dhyana kepada muridnya, Hui Khe yang menjkadi sespuh kedua aliran Cha’n di Cina. Demikian seterusnya, hingga dikenal enam sesepuh yaitu:
1. Bodhidharma
2. Hui Khe
3. Shen Chie
4. Tao Sin
5. Hung Jen
6. Hui Nen
Setelah Hui Neng sistem pewarisan sesepuh atau Patriach ditiadakan. Namun demikian, terdapat juga beberapa Zen master yang cukup terkenal diantaranya : Master Han san, Fa Jung, Upasaka Ph’ang dan Master Ma Tsu serta lain-lainnya. Dari Cina, ajaran Cha’n menyebar ke Jepang dan dikenal dengan istilah Zen. Istilah Zen dari jepang inilah yang kemudian lebih populer untuk menamai aliran Dhyana atau Cha’n
Sutra-Sutra yang di jadikan pedoman oleh Cha’n/Zen
Kendatipun kita sering mendengar bhawa kaum Cha’n/Zen tidak terikat kepada Sutra-Sutra, ada juga Sutra-Sutra yang di jadikan ‘teori’ oleh mereka. Ini juga berarti mereka tidak terlalu terikat kepada apa yang tertulis dalam Sutra-Sutra. Sutra tersbut adalah:
1. Suranggama Sutra (Leng Yen Cing) terjemahan Siksananda
2. Lankavatara Sutra (Leng Kha Cing) terjemahan Gunabadra
3. Vajrachedika Prajnaparamita Sutra (Cin Kang Cing/Sutra Intan) terjemahan Kumarajiva
4. The Platform Sutra of Sixth Patriach (Liu Chu Th’an Cing/Sutra Altar dari Hui Neng)
5. Vimalakirti Nirdesa Sutra (Wei Mo Cing) terjemahan Kumarajiva
Dasar filsafat Cha’n/Zen
Dasar dari Cha’n atau Zen sering diungkapkan sebagai berikut :
Diberikan di luar pelajaran
Tanpa mengunakan kata-kata tulisan
Langsung diarahkan kepada hati manusia
Mengenal sifat asli itu sendiri dan menjadi Buddha
Di dalam Cha’n/Zen, upacara-upacara yang berbelit-belit kurang di perhatikan, pembakaran dupa wangi dan lilin pun hanya sekali-sekali. Mereka juga mengulang Sutra, namun hal itu bukan merupakan suatu ikatan. Bagi mereka meditasi adalah bagian dari kehidupan mereka, namun meditasi tidak bias menjamin seseorang menjadi Buddha. Segala sesuatu harus diresapi dan di realisasikan agar dapat menghayati setiap momen kehidupan. Mereka begitu menyintai ketenangan, keheningan serta keindahan alam karena hal-hal demikian banyak membantu dalam usaha untuk mencari diri pribadi dan mengenal diri sendiri. Tentu saja moral kesusilaan sangatlah mereka junjung.
Ada dua buah syair yang terkenal yang masing-masing di buat oleh Shen Siu dan Hui Neng yang dapat mengambarkan garis esar filsafat Cha’n/Zen.
Syair dari Shen Siu sebagai berikut:
Tubuh adalah pohon Bodhi
Hati laksana cermin yang berbingkai
Setiap saat rajin membersihkannya
Jangan sampai di kotori oleh debu
Syair lain yang di buat oleh Hui Neng sebagai berikut:
Bodhi sesungguhnya tak berpohon
Cermin terangpun tidaklah berbingkai
Pada mulanya memang tidak ada sesuatu apapun
Yang dapat di kotori oleh debu

No comments:

Post a Comment